Kebangkitan Tunggal Putra (Pelatnas) Indonesia?

Simon Santoso

Peringkat dunia Simon Santoso akhirnya berhasil menyalip Sony Dwi Kuncoro tahun ini, sekaligus menjadikannya tunggal putra Pelatnas nomor satu. Simon sekarang berada di peringkat enam dunia, sedangkan Sony di tujuh dunia (rilis peringkat BWF tanggal 19 Agustus 2010).

Kiprah Simon tahun ini memang tergolong baik. Secara laun namun pasti, ia menaiki tangga dari 16 besar di All England Maret lalu, diikuti dengan perempat final di Singapore Open Super Series dan Indonesia Open Super Series pada bulan Juni, lalu naik lagi menjadi semifinalis di Macau Open Grand Prix Gold, dan puncaknya adalah menjadi jawara di Taipei seminggu setelahnya.

Sony Dwi Kuncoro

Sony sendiri bermain konsisten selama dua tahun terakhir. Lebih dari 70% catatan jejak rekamnya menunjukkan bahwa Sony lolos setidaknya sampai ke perempat final di turnamen internasional individu. Walaupun tahun lalu Sony nihil gelar, namun ia telah membalasnya tahun ini dengan menjuarai Singapore Open Super Series. Sedangkan catatan Simon menunjukkan bahwa selama dua tahun terakhir, ia berhasil lolos setidaknya sampai ke perempat final di sekitar 80% partisipasinya dalam turnamen individu. Walau berbeda persentase di kelolosan perempat final, tetapi keduanya memiliki persentase sama dalam hal lolos setidaknya sampai ke semifinal (sekitar 36%).

Dionysius Hayom Rumbaka

Yang mencolok di tunggal putra Pelatnas tidak hanya Simon dan Sony. Sejak awal tahun ini, Pelatnas juga diramaikan oleh kedatangan Dionysius Hayom Rumbaka. Akhir tahun lalu ia masih berada di peringkat 50 besar dunia tetapi sekarang telah melesak masuk ke 25 besar dunia dan pernah mengalahkan Boonsak Ponsana di Hongkong Open Super Seris 2009 dan berjibaku ketat dengan pemain nomor satu dunia, Lee Chong Wei di Singapore Open Super Series 2010 dengan skor 13-21, 21-19, dan 16-21.

Walau demikian, mereka masih memiliki tugas yang lebih besar lagi, yakni, meruntuhkan tembok besar China. Sepanjang dua tahun terakhir, yang pernah menuai sukses melewati pemain China hanyalah Sony yang pernah mengalahkan Chen Long di Japan Open Super Series 2009, Du Pengyu di All England 2010, dan Chen Yuekun di Macau Open Grand Prix Gold 2010. Namun semua yag dikalahkan Sony adalah nama-nama “baru,”sedangkan nama-nama besar seperti Chen Jin, Lin Dan, dan Bao Chun Lai belum terlewati oleh siapa pun, bahkan tidak oleh sang senior, Taufik Hidayat.

China tidak banyak unjuk gigi tahun ini. Kita tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan atau persiapkan. Tetapi satu hal yang pasti, Pelatnas kita tidak boleh lengah dan juga harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya kala Sang Naga kembali unjuk diri.

Yang pasti, tunggal putra Indonesia (seharusnya) tidak boleh dipandang sebelah mata.

Dan yang pasti, regenerasi harus tetap jalan karena China telah mulai memperlihatkan pemuda-pemuda anyar yang memperlihatkan mental baja.

Bagaimana Indonesiaku?

19 Agustus 2010 at 12:36 pm 1 komentar

Bulutangkis dan Persatuan Indonesia

Mungkin rekan-rekan pembaca ada yang ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia (17 Agustus-an) dengan mempertontonkan semangat juang “patriotisme” lewat tepok bulu. Saya sebenarnya bermaksud ikut serta di pertandingan RW setempat tapi ternyata telat mendaftar. Akhirnya saya keliling-keliling Jakarta selama sebulan terakhir untuk melihat perayaan 17-an di beberapa tempat berbeda dan saya menemukan satu kesamaan hampir di seluruh perayaan: bulutangkis menjadi salah satu olahraga yang dipertandingkan, tidak peduli fasilitasnya memadai atau tidak.

Pertandingan bulutangkis 17-an ini tidak pandang bulu. Ada yang keren, memakai lapangan indoor karpet nan rupawan yang disertai dengan petugas pembersih karpet lapangan jika ada pemain yang merasa licin karena keringat; sampai ada yang seadanya saja dengan menyulap bantaran kali menjadi lapangan bulutangkis dengan lapangan yang dicat. Ada pula yang memakai batasan umur dan gender; ada pula yang tidak sama sekali memakai kategori, yang penting bertanding.

Namun dari semuanya itu, saya merasakan satu semangat yang sama: semangat bermain bulutangkis dengan ceria dan semangat kekeluargaan. Semua lapangan dipenuhi gelak tawa dan riuh rendah dukungan. Baik yang menang maupun kalah sama-sama merasakan kegembiraan. Walaupun saya “pendatang” dan “orang luar” namun saya tetap merasakan kehangatan.

Hal tersebut kemudian memutar ulang episode-episode di masa lalu dimana masyarakat Indonesia selalu satu hati, satu pikiran saat mendukung para atletnya bertanding. Saya mengingat gempita di Istora Senayan setiap pertandingan Indonesia Open diadakan. Saya merasakan bulu kuduk berdiri dan jantung berdebar keras saat mengikuti jalannya pertandingan final Kejuaraan Dunia beberapa kali saat Indonesia masuik final. Saya bahkan mendapat teman-teman baru di lapangan luar negeri karena sama-sama mendukung Indonesia.

Saya pun tersenyum.

Bagi masyarakat Indonesia, bulutangkis bukanlah sekedar olahraga biasa. Bagi kita, bulutangkis adalah olahraga PEMERSATU bangsa. Melalui olahraga inilah, bangsa kita bersuara lantang di kancah internasional. Saat olahraga ini dipertandingkan secara internasional, seluruh bangsa Indonesia pun bersatu menyemangati para atlet bangsa. Dan saat Sang Saka Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di ajang bulutangkis bergengsi, jantung dan badan kita pun turut bergetar bersama trenyuhnya hati sang atlet.

Di dalam olahraga inilah, hati dan semangat bangsa Indonesia bersatu, dan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” pun terasa lebih nyata. Dan saya rasanya semakin menyukai olahraga tepok bulu satu ini setelah berkeliling Jakarta yang penuh dengan nuansa merah-putih.

Selamat ulang tahun, Indonesia. Berkibarlah benderaku di lapangan bulutangkis.

18 Agustus 2010 at 1:33 pm 1 komentar

Rian di Singapura: Belajar untuk Lebih Berani

Sosok berbadan tinggi besar itu melangkah keluar dari lapangan. Pasangannya terlihat lesu dan setelah tidak lama berjalan menjauhi lapangan, ia merebahkan dirinya di lantai terdekat. Ia terlihat lelah.

……

Photo Courtesy of Elina Ciptadi, Singapore

Rian Sukmawan tetap terlihat segar walaupun tidak tertutup rasa kecewanya setelah kalah di babak pertama Singapore Open Super Series 2010. Berpasangan dengan Yonatan Suryatama Dasuki, mereka kalah dari pasangan Korea, Yoo Yeong Seon/Ko Sung Hyun. Kalah 14-21 dan 16-21, Rian menceritakan apa yang terjadi.

“Dari awal kita memang kurang berani,” ujarnya memulai ceritanya. “Pelatih bilang jangan banyak menunggu bola, tetapi praktek di lapangannya tentu saja tidak mudah.”

Istilah “berani” memang terkadang rancu. Di satu titik hal ini berarti harus bermain lebih agresif, dan berani melakukan penempatan bola ke tempat-tempat “aneh” yang mungkin beresiko keluar garis atau menempel di net. Di sisi lain, berani dapat melenceng menjadi “terburu-buru” yang biasanya mengurangi akurasi permainan.

“Pada saat terima servis kita sering buru-buru,” lanjut Rian yang diikuti dengan anggukan Yoke, nama panggilan Yonatan.

Di Singapore Open Super Series, Rian/Yonatan baru pernah maju sampai ke babak kedua. Rencananya mereka ingin langsung bisa pulang ke Jakarta agar bisa segera bersiap untuk Indonesia Open Super Series 2010 yang akan dimulai minggu depan.

16 Juni 2010 at 3:44 pm 5 komentar

Bae Youn Joo: Si Kidal Mutiara Terpendam

BAE Youn Joo Image

Mungkin belum banyak yang mengenal Bae Youn Joo, tetapi jika kita melihat prestasinya, rasanya perlu bagi kita (dan masyarakat bulutangkis internasional) untuk menyeriusinya lebih lanjut.

Di putaran kualifikasi zona Asia Piala Uber 2010, Youn Joo menorehkan prestasi sempurna: 100% kemenangan di setiap pertandingan, dan hanya satu kali kehilangan set (91% kemenangan set). Ia menundukkan Maria Febe Kusumastuti serta Maria Kristin Yulianti dari Indonesia sepanjang pertarungan di Nakhon Ratchasima tersebut.

Youn Joo adalah juara GGJP Indonesia Challenge tahun 2008, Korea International Challenge 2009, dan Singapore International Series 2009, serta menjadi runner up di Malaysia Open Super Series tahun ini. Daftar tersebut memang terkesan biasa; tetapi jika kita merunut lebih jauh ke siapa yang menjadi lawannya sepanjang perjalanan karir bulutangkisnya, maka daftar itu pun menjadi tidak biasa.

Di Malaysia Super Series saat ia menjadi runner up, ia mengejutkan publik dengan beberapa kemenangan tak terduga. Di antaranya adalah mengalahkan Zhou Mi, atlet Hong Kong unggulan keempat yang terpuruk 21-16, 7-21, dan 15-21 di tangan Youn Joo. Setelah Zhou Mi, giliran Salakjit Ponsana –salah satu bintang utama putri Thailand– yang tersingkir 16-21 dan 11-21.

Namun goresan prestasi termutakhirnya adalah mengalahkan unggulan pertama serta peringkat satu dunia asal Tiongkok, Wang Yihan di semifinal. Ia menang 17-21, 21-13, 21-19 melalui pertarungan selama satu jam lebih.

Lahir di Masan, 26 Oktober 1990, Youn Joo belum pula genap 20 tahun. Namun bintangnya sudah bersinar demikian terang. Tak salah Pelatnas Korea menariknya masuk tiga tahun silam. Youn Joo terbukti mutiara terpendam.

28 Februari 2010 at 10:20 pm 1 komentar

Rangking Atlet Indonesia (6 Agustus 2009)

Setali tiga uang dengan bulan Juni, Juli pun merupakan bulan penuh turnamen, walaupun dengan level yang berbeda. Putra-putri Indonesia berlaga di Filipina Grand Prix Gold, Thailand Grand Prix Gold, Australia Grand Prix, serta Selandia Baru Grand Prix sepanjang bulan Juli.

Perbandingan sebulan terakhir terbagi menjadi dua kubu: lompatan ekstrim atau stagnan adem ayem.

Tunggal Putra

4. Taufik Hidayat
6. Sony Dwi Kuncoro
14. Simon Santoso (13) –
16. Andre Kurniawan Tedjono (17) +
51. Dionysius Hayom Rumbaka (73) + + + +
65. Tommy Sugiarto (55) – –
77. Ari Yuli Wahyu Hartanto (76) –
81. Alamsyah Yunus (new)

Tunggal Putri

19. Maria Kristin Yulianti (18) –
22. Adriyanti Firdasari (21) –
25. Maria Febe Kusumastuti (47) + + + +
57. Rosaria Yusfin Pungkasari (58) +
70. Fransiska Ratnasari (new)
82. Maria Elfira Christina (76) –

Ganda Putra

1. Markis Kido/Hendra Setiawan
7. Muhammad Ahsan/Bona Septano (10) +
11. Alvent Yulianto/Hendra Gunawan (21) + +
13. Yonatan Suryatama Dasuki/Rian Sukmawan (16) +
29. Fernando Kurniawan/Lingga Lie (36) + +
37. Fran Kurniawan/Rendra Wijaya
42. Tony Gunawan/Candra Wijaya (41) –
49. Hendra Gunawan/Joko Riyadi
53. Wifqi Windarto/Afiat Yuris Wirawan (46) –
90. Joko Riyadi/Candra Wijaya (87) –

Ganda Putri

9. Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari
10. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari
35. Jo Novita/Rani Mundiastuti (31) –
53. Endang Nursugianti/Lita Nurlita (59) +
41. Annisa Wahyuni/Anneke Feinya Agustin (60) + + +
56. Debby Susanto/Pia Zebadiah Bernadeth (NEW)
73. Nadya Melati/Natalia Christine Poluakan (66) –

Ganda Campuran

2. Nova Widianto/Lilyana Natsir
16. Devin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita
30. Flandy Limpele/Anastasia Russkikh (INA/RUS/41) + +
47. Flandy Limpele/Vita Marissa (45) –

55. Muhammad Rijal/Debby Susanto (90) + + + + +
61. Tantowi Ahmad/Puspita Richi Dili (83) + + + +
75. Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadeth (NEW)
90. Anggun Nugroho/Endang Nursugianti (88) –

10 Agustus 2009 at 6:48 pm 6 komentar

Rangking Atlit Indonesia Top 100 (2 Juli 2009)

Vakumnya tim PB Djarum di banyak perhelatan internasional membuat peringkat para atlitnya tergelincir, bahkan sampai jauh ke bawah. Ganda putri menunjukkan perkembangan yang baik, tetapi ganda campuran yang selama ini menjadi salah satu tumpuan perlu dicermati dengan hati-hati karena jurang kembali terlihat.

Tunggal putri sendiri belum memberikan gempuran berarti sampai saat ini. Maria Kristin masih berkutat dengan cederanya, sedangkan Maria Febe walaupun berpotensi tetapi masih belum cukup matang. Amunisi perlu segera diperbanyak dan dipoles.

Tunggal Putra

4. Taufik Hidayat (5) +
6. Sony Dwi Kuncoro
13. Simon Santoso (8) –
17. Andre Kurniawan Tedjono
55. Tommy Sugiarto (44) – –
73. Dionysius Hayom Rumbaka (69) –
76. Ari Yuli Wahyu Hartanto (45) – – – – –

Tunggal Putri

18. Maria Kristin Yulianti (15) –
21. Adriyanti Firdasari (20) –
35. Pia Zebadiah Bernadet (30)
47. Maria Febe Kusumastuti (46) +
58. Rosaria Yusfin Pungkasari (55) –
76. Maria Elfira Christina (44) – – – – –

Ganda Putra

1. Markis Kido/Hendra Setiawan
10. Muhammad Ahsan/Bona Septano (8) –
16. Yonatan Suryatama Dasuki/Rian Sukmawan (11) –
21. Alvent Yulianto/Hendra Gunawan (42) + + +
36. Fernando Kurniawan/Lingga Lie (22) – –
37. Fran Kurniawan/Rendra Wijaya (18) – – –
41. Tony Gunawan/Candra Wijaya (25) – – –
46. Wifqi Windarto/Afiat Yuris Wirawan (54) + +
49. Hendra Gunawan/Joko Riyadi (53) +
87. Joko Riyadi/Candra Wijaya (91) +

Ganda Putri

9. Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari (8) –
10. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (25) + + +
31. Jo Novita/Rani Mundiastuti (35) +
53. Endang Nursugianti/Lita Nurlita (59) +
60. Annisa Wahyuni/Anneke Feinya Agustin (NEW!) + + + + +
66. Nadya Melati/Natalia Christine Poluakan
86. Dewi Komala/Debby Susanto (89) +

Ganda Campuran

2. Nova Widianto/Lilyana Natsir (1) –
16. Devin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita (21) +
37. Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawaty (15) – – – –
40. Rendra Wijaya/Meiliana Jauhari (23) – – –
41. Flandy Limpele/Anastasia Russkikh (INA/RUS/55) + +
45. Flandy Limpele/Vita Marissa (27) – – –

83. Tantowi Ahmad/Puspita Richi Dili (90) +
88. Anggun Nugroho/Endang Nursugianti (60) – – – –
90. Muhammad Rijal/Debby Susanto (NEW!)

7 Juli 2009 at 9:55 pm 8 komentar

Febe Target Masuk Pelatnas Tahun Ini

Foto: PB Djarum

Febe atau Maria Febe Kusumastuti menarik perhatian masyarakat saat menjadi wakil tunggal putri yang bertahan paling akhir di Djarum Indonesia Open Super Series 2009, yakni sampai di perempat final. Di babak pertama ia menundukkan unggulan kelima dari Perancis, Pi Hongyan lalu menyerakkan pemain India, Aditi Mutatkar di babak kedua sebelum akhirnya tumbang di tangan unggulan ketiga, Wang Lin dari Tiongkok.

Dengan “hanya” bertinggi badan 162 cm, Febe terlihat mungil di atas lapangan. Tetapi jangan terkecoh dengan badannya yang mungil tersebut, karena Febe sangat lincah dan benteng pertahanannya tergolong kokoh.

Lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 30 September 1989, Febe menemukan cintanya pada bulutangkis karena sering bermain bersama keluarganya. Sejak berusia tujuh tahun, ia mulai ikut pertandingan dan pada usia 12 tahun ia bergabung dengan PB Djarum sampai saat ini.

Febe sudah pernah dipanggil untuk masuk pelatnas, tetapi saat itu ia merasa belum matang secara teknik sehingga memilih untuk lebih menempa dirinya di klubnya yang sekarang. Setelah itu ia pernah dipanggil lagi, tetapi ia tidak dapat memenuhi panggilan tersebut karena sakit.

“[Target saya tahun ini] ingin masuk pelatnas,” kata Febe. Ia ingin membela tanah air di perhelatan yang membawa tim negara seperti Piala Sudirman dan Piala Uber.

Ditunggu kehadirannya di Pelatnas ya, Jeng. Tetap semangat!

Prestasi Febe

Perempat finalis Indonesia Open Super Series 2009

Semifinalis Vietnam Internasional 2009

Juara Sirnas Kalimantan 2009

Juara Bitburger Open Grand Prix 2008

Juara Beregu Piala Gubernur Kudus 2008

Juara Dutch (Belanda) Junior 2007

Juara Brazil international Coris Corporate 2006

22 Juni 2009 at 8:57 pm 1 komentar

Catatan Pinggir Lapangan: Indonesia Open 2009

https://i0.wp.com/images.clipartof.com/small/22168-Clipart-Illustration-Of-A-Yellow-Emoticon-Face-Scruncing-Its-Face-While-Being-Hit-With-A-Blow-To-The-Back-Of-The-Head-Headache-Or-Injury.jpgBLETAK! Kepala Bona pun Tersambit

Saat pengembalian bola dari tim Inggris (Anthony Clark/Nathan Robertson) yang mengarah ke garis belakang kanan Mohammad Ahsan/Bona Septano yang tidak terjaga, Ahsan langsung berlari ke titik tersebut. Penonton menahan nafasnya, “AKKKKKH!,” karena mengira bola tidak akan terkejar. Lalu penonton bersorak, “YEEEEEE!,” karena Ahsan berhasil mengambil bola tersebut. Lalu penonton terhenyak sebentar, “HE?” lalu terbahak-bahak, “HAHAHAHAHAHAHAHA!” karena drive keras Ahsan tersebut ternyata menyambit bagian belakang kepala pasangannya sendiri, Bona. Bona pun termanyun-manyun sambil mengusap-usap belakang kepalanya yang nyaris licin itu. Ahsan pun hanya dapat tersenyum kecut.

Demam Lee Yong Dae

http://stefanidh.files.wordpress.com/2008/07/1_846783626l.jpg https://i0.wp.com/1.bp.blogspot.com/_vC7rHR9oCKU/SLzfgg-oAKI/AAAAAAAAFew/iRh4XUTGBvo/s400/Leeyongdae4.jpg

Jika tahun lalu yang menjadi bintang adalah Bao Chunlai, kali ini yang menjadi bintang adalah Lee Yong Dae (dan tentunya Taufik Hidayat). Si belia berusia 21 tahun dan berparas apik ini selalu mendapat dukungan luar biasa dari publik Istora. Ditambah lagi dengan permainannya yang mengundang decak kagum. Tak heran ia rela melepas kaosnya dan menerbangkannya ke arah penonton yang berteriak-teriak histeris. “Saya paling suka main di Indonesia,” tukasnya sembari tersenyum.

LHOOO???? Angka Kok Bisa Kena Korupsi

Di pertandingan final penutup antara Lee Yong Dae/Jung Jae Sung dan Fu Haifeng/Cai Yun sempat terjadi keributan. Pasalnya, saat angka seharusnya bergerak naik dari 11-9 (untuk kemenangan Tiongkok) ke 11-10, ternyata sang wasit lupa mencet. Alhasil proteslah Lee/Jung ke wasit yang awalnya sempat tidak ngeh dan memaksa melanjutkan pertandingan. Begitu para pemain menunjuk-nunjuk papan skor, barulah dia sadar dan mulai mengutik-utik layar monitor kecil di depannya. Trek! papan skor pun berubah … jadi 10-10. LHOOOO???? Kok nilainya Fu/Cai malah turun?! Sontak para pemain dan penonton melancarkan aksi protes yang mungkin membuat sang wasit semakin grogi. Angka pun berubah kembali menjadi … 11-9. LHOOOOO???? Setelah sekian lama, barulah akhirnya sang wasit berbalik ke jalan yang benar ke angka 11-10, dan akhirnya pertandingan kembali berjalan. Piye to mas…

Lempar Yuk Lempar

https://i0.wp.com/www.clker.com/cliparts/6/3/8/5/11949846131979815136water_fight__ganson.svg.thumb.pngTingginya tingkat persaingan di Indonesia Open tahun ini membuat hati para pemenang suatu pertandingan bergejolak gembira luar biasa. Dan biasanya, mereka ini lalu akan melemparkan sesuatu (bisa tunggal atau jamak) ke arah penonton: dari wrist band sampai raket!

Mau dong… siapa tahu kecipratan ilmunya…

Merokok Nggak Merokok?

Di dalam gedung Istora, terbentang spanduk besar yang ditempelkan pada bagian atas tembok tengah yang bertuliskan: “DILARANG MEROKOK! NO SMOKING!” dengan dua gambar rokok yang dicoret. Lucunya, satu spanduk itu “tenggelam” di tengah-tengah spanduk-spanduk dan umbul-umbul DJARUM SUPER sebagai sponsor utama perhelatan ini. Tahu sendiri dong Djarum jualannya apa? 😉

Indonesia vs Malaysia: Lapangan dan Politik

Isu garis perbatasan negara, pengakuan keaslian kebudayaan, dan Manohara ternyata berimbas ke lapangan. Setiap atlit Malaysia yang disebutkan namanya akan menerima sorakan merendahkan: “HUUUUUUUU!!!!!” Dan bahkan teriakan, “MALING PULANG! MALING PULANG!”

Padahal lapangan bulutangkis (dan olahraga pada umumnya) adalah daerah steril yang bebas dari masalah politik dan teman-temannya. Yang ada adalah semangat sportifitas yang mengandalkan kemampuan, kekuatan fisik dan mental, serta kecermatan otak dan mata.

Lagipula, atlit bukanlah politikus dan pelaku kejahatan. Tidakkah sebagai tuan rumah seharusnya kita menjamu siapa pun yang bertandang ke negeri kita dengan baik, ramah, dan sopan?

Dan saya pun hanya dapat mengelus dada dan dalam hati meminta maaf pada segenap atlit Malaysia saat segerombolan penonton di tribun atas Lee Chong Wei yang awalnya meneriaki “Maling Pulang!” kemudian meminta Chong Wei melemparkan sesuatu kepada mereka setelah kemenangannya atas Park Sung Hwan (KOR) di semifinal…

21 Juni 2009 at 9:21 pm 6 komentar

Indonesia Open 2009: Persaingan Ketat, Nihil Gelar

Tahun ini Indonesia harus gigit jari karena tidak ada gelar yang jatuh ke tangan sendiri di perhelatan Djarum Indonesia Open Super Series 2009. Tunggal putra jatuh ke Malaysia, tunggal putri ke Indonesia, ganda putra ke Korea (Selatan), ganda putri ke Malaysia (lagi), dan ganda campuran ke Tiongkok.

PBSI akan melakukan evaluasi. Tetapi secara garis besar, memang persaingan tahun ini luar biasa menekan. Sekitar 80% dari pemain 10 besar dunia dari kelima partai turut serta di ajang ini. Tentu saja ini berbeda jauh dari Indonesia Open tahun lalu dimana banyak pemain papan atas yang absen karena berkonsentrasi untuk persiapan Olimpiade Beijing.

Lalu apakah ini berarti Indonesia tidak siap?

Tidak juga. Banyak faktor yang mempengaruhi. Tingkat persaingan. Cedera. Usia. Mental. Konsentrasi. Angin. Keberuntungan…

Contohnya, Markis Kido/Hendra Setiawan yang melawan Lee Yong Dae/Jung Jae Sung di semifinal partai ganda putra. Kedua pasangan sama hebatnya, sama kuatnya, sama kokohnya. Tetapi Kido yang sempat mengalami cedera lutut parah tidak dapat melakukan jumping smash sebanyak dan sekuat yang dulu pernah ia lakukan. Ditambah lagi mereka sempat melakukan rotasi formasi: Kido di depan (biasanya di belakang) dan Hendra di belakang (biasanya di depan). Dari dua faktor ini saja sudah cukup membuat posisi Markis/Hendra melemah dibandingkan Lee/Jung yang prima.

Atau Nova Widianto/Lilyana Natsir yang gugur di tangan sang juara, Zheng Bo/Ma Jin karena faktor stamina Nova yang tergerus usia. “Umur tidak bisa dibohongi,” kata Nova.

Atau Adrianti Firdasari yang bermain begitu apik dan prima, tetapi akhirnya harus menyerah pada cedera ankle kaki kanannya; setali tiga uang dengan Mohammad Ahsan (ganda putra) yang mengalami cedera punggung padahal ia bermain begitu dahsyat di awal pertandingan babak pertama tersebut.

Satu hal yang pasti, para pemain kita sudah memberikan yang terbaik.

Dan satu kabar baiknya adalah … pssst … Tiongkok hanya mampu merebut satu gelar juara padahal memiliki finalis di empat partai. Tanda-tanda keruntuhan dominasi Tiongkok kah?

Hasil Djarum Indonesia Open Super Series 2009

Tunggal putra: Lee Chong Wei (MAS/1) bt Taufik Hidayat (INA/5)

Tunggal putri: Saina Nehwal (IND/6) bt Wang Lin (CHN/3)

Ganda putra: Lee Yong Dae/Jung Jae Sung (KOR/6) bt Fu Haifeng/Cai Yun (CHN/5)

Ganda putri: Wong Pei Tty/Chin Eei Hui (MAS/1) bt Cheng Shu/Zhao Yunlei (CHN/2)

Ganda campuran: Zheng Bo/Ma Jin (CHN/5) bt Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung (KOR/2)

21 Juni 2009 at 8:42 pm 10 komentar

Yang Bisa Mencuri Perhatian di Senayan

(oleh Elina Ciptadi, Singapura)

Catatan ga penting dari saya yang bukan pengamat bulutangkis …

Berdasarkan penampilan mereka di Singapore Open Super Series 2009 dan beberapa turnamen lainnya dua tahun belakangan ini, siapa kira-kira pemain yang bisa mencuri perhatian kita di Indonesia Open 2009, sekaligus menjadi jagal bagi pemain-pemain unggulan? Berikut beberapa di antaranya yang perlu dicermati:

Salakjit Ponsana (Tunggal Putri, Thailand)

Mungkin bakat bulutangkis menurun di keluarga ini. Adik pemain tunggal putra Boonsak Ponsana ini menghentikan unggulan keempat Wang Chen (Hong Kong) di babak pertama Singapore Open 2009. Sebelumnya, dia sempat membuat Zhang Ning (China) kerepotan di Olimpiade Beijing 2008, sebelum akhirnya menyerah rubber set setelah bertarung lebih dari satu jam. Di Indonesia Open kali ini, dia sudah harus bertemu unggulan ketiga Wang Lin (China) di babak pertama. Kalau menang, dia kemungkinan bertemu Adrianti Firdasari di babak kedua. Kita tunggu apakah pemain easy going yang sekarang bertengger di peringkat 20 dunia ini bisa melewati babak pertama.

Tien Minh Nguyen (Tunggal Putra, Vietnam)

Tien Minh Nguyen sudah jadi bahan berita tahun 2007 ketika dia mengalahkan Taufik Hidayat di Philippines Open. Tapi dia makin menunjukkan taringnya setelah itu. Minggu lalu, pemain yang ulet dan memiliki kombinasi pukulan yang lengkap ini baru saja mengalahkan pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei di babak kedua Singapore Open Super Series. Sempat bertahun-tahun berlatih tanpa dana dan perlengkapan memadai, pemain yang sering terlihat tanpa pelatih dan berkaos butut ini sekarang bertengger di peringkat 11 dunia dan sudah memiliki sponsor untuk perlengkapan serta mendanai kehadirannya di turnamen-turnamen.

Hendri Kurniawan Saputra / Hendra Wijaya (Ganda Putra, Singapura)

Ganda peringkat 53 dunia ini mengalahkan unggulan kedelapan Tan Fook Choong / Lee Wah Wah dari Malaysia di Singapore Open SS 2009. Di babak berikutnya, mereka mengalahkan satu lagi ganda putra Malaysia Chew Choon Eng / Chan Chong Ming – peringkat 11 dunia. Di perempat final, mereka memberi perlawanan sengit terhadap Markis Kido / Hendra Setiawan, dan nyaris mengalahkan pasangan terbaik Indonesia ini. Perlu dicatat bahwa mereka pernah mengalahkan Kido/Hendra di tahun 2007. Secara teknis, kecepatan dan kekompakan, Hendri/Hendra setara dengan pemain top dunia manapun dan bisa memberi kejutan, apalagi bermain di Senayan yang merupakan “tempat main” mereka sebelum hijrah ke Singapura.

Anup Sridhar (Tunggal Putra, India)

Pemain yang sampai tahun lalu masih sempat menulis sendiri di blog-nya ini harus melewati babak kualifikasi untuk bisa bertanding di babak utama Indonesia Open 2009. Demikian pula kisahnya di Singapore Open 2009. Tapi harus dicatat bahwa atlet peringkat 39 dunia inilah yang mengalahkan Peter Gade di babak kedua Singapore Open Super Series serta pernah mengungguli Taufik Hidayat di tahun 2007. Sejalan dengan semakin meningkatnya prestasinya, dia sekarang sudah tidak ada waktu untuk menulis di blog-nya ….

17 Juni 2009 at 1:43 pm Tinggalkan komentar

Older Posts


Kalender

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031